PENDIDIIKAN BERBASIS INTERNET

Posted by Ahmad Ghozali




        A.      Pendahuluan
Indonesia yang terletak diantara 6º LU sampai 11º LS dan 95º BT sampai 141º BT adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua, Asia dan Australia dengan jumlah kepulauan 17.000 lebih yang membentang sepanjang  kurang lebih 3.200 mil dari Timur ke Barat serta 1.100 mil dari Utara ke Selatan. Kondisi geografi ini sedikit banyaknya menjadi kendala dalam penyebarluasan layanan pendidikan yang menggunakan metode konvensional (tatap muka) kepada seluruh warga negara.
Wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan. Namun bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak praktis) apabila hanya mengandalkan cara-cara pemecahan tradisional semata. Karena itu, berbagai strategi alternatif yang berkaitan dengan permasalahan perlu dijajagi, dikaji dan diterapkan.
Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society).
Kecepatan yang diiringi dengan tuntutan kebutuhan dapat memberikan sumbangan potensial pada sektor pendidikan. Potensi positif yang dimiliki teknologi tidak saja meningkatkan efesiensi dan efektifitas serta keluwesan proses pembelajaran, tetapi juga berdampak pada pengembangan materi, pergeseran peran guru/pelatih dan semakin berkembangnya otonomi peserta didik.
Perkembangan teknologi informasi lebih terasa manfaatnya dengan hadirnya jaringan internet yang memanfaatkan satelit sebagai media transformasi. Hadirnya internet sebagai sumber informasi ini sangat memungkinkan seseorang untuk mencari dan menyebarkan segala ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk penemuan penelitian ke seluruh dunia dengan mudah, cepat, dan murah, sehingga pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat lebih cepat dan merata. Dengan demikian segala informasi yang ada di internet dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Inilah bentuk pembelajaran baru, yakni berbasis internet (web-based learning).
B.       Pembahasan
a.    Pengertian
Pembelajaran berbasis Internet (web-based learning) menunjuk pada proses kegiatan belajar yang sangat berbeda dengan model pembelajaran konvensional. Web-based learning lebih mengandalkan Website dan keseluruhan program aplikasinya sebagai modal utama kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti, menempatkan piranti teknologi menempati peran sama pentingnya dengan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Berbagai pengertian tentang web-based learning sudah begitu banyak diberikan oleh pakar, seperti Papanikolaou dan Grigoriadou,[1] keduanya menunjuk pembelajaran berbasis web sebagai “Any learning, training or education that is facilitated by the use of Web technologies” (setiap pembelajaran, pelatihan atau pendidikan yang difasilitasi oleh penggunaan teknologi Web). Chen, Jwo, and Wang,[2] menggambarkan pembelajaran berbasis Web dengan penggunaan aplikasi-aplikasi Web (Web-based application) untuk mengimplementasikan singkronik dan atau asinkronik guna mengimplementasikan model pembelajaran berbasis elektronik (e-learning). Sheard and Lynch,[3] memaknainya sebagai ”a place where learners and teachers interact and defines it as a hypermedia based program or system that uses the attributes and resources of the www to facilitate learning” (sebuah tempat yang para siswa dan guru saling berhubungan dan hal itu berarti program berbasis hypermedia atau sistem yang menggunakan atribusi dan sumber-sumber dari www untuk memfasilitasi pembelajaran). Bagi, pembelajaran berbasis Web menunjuk pada sistem www-based tools  yang digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran (learning objectives).[4]   Secara keseluruhan, mereka memiliki satu perspektif yang sama bahwa, web-based learning merupakan keseluruhan proses pembelajaran yang ”facilitated by the use of Web technologies” (difasilitasi sepenuhnya oleh penggunaan teknologi website).
Website yang merupakan akronim dari WWW (World Wide Web) atau lebih populer dengan istilah Web merupakan teknologi berbasis jaringan internet, baik berupa Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN), ataupun Wide Area Network (WAN). Cantoni dan Tardini menunjuk web sebagai,
“A site (location) on the WWW. Each Web site contains a home page, which is the first document users see when they enter the site. The site might also contain additional documents and files. Each site is owned and managed by an individual, company or organization.[5]

Jika mengacu pada pengertian dasar Web diatas, setidaknya, menggambarkan empat perangkat, pilar atau komponen utama. Pertama, berbagai isi (contents) dan pelayanan-pelayanan (services) yang terdapat dalam perangkat Web, seperti menyuarakan aspirasi (voting), pembelian (buying), penawaran (selling), pemesanan (reserving), poling, chatting, dan seterusnya. Kedua, perangkat-perangkat untuk mengunduh (accessibility tools), yakni perangkat-perangkat teknis (technical tools) yang memastikan bahwa konten dan pelayanan dapat dilakukan. Ketiga, komponen manusia yang mengelola (people who manage). Dan keempat, para pengguna (users) atau para penikmat Web (clients).[6] Dari keempat pilar ini menunjukkan bahwa dua pilar dalam poin satu dan dua berupa material atau barang (thing), sementara pilar ketiga dan keempat berupa manusia.

b.        Bentuk Pembelajaran Internet
Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan, yaitu: (1) Web Course, (2) Web Centric Course, dan (3) Web Enhanced Course[7]:
1. Web Course
Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran di mana seluruh kegiatan belajar sepenuhnya disampaikan melalui internet.
Dengan kata lain, Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board dan online conference.
Selain itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik dan lain-lain.
Bentuk pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang bisa diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat.[8]
2. Web Centric Course
Web Centric Course adalah sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagaian kegiatan lain disampaikan secara tatap muka.
Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet.
Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi kegiatan melalui internet sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah maupun ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan, taman bacaan, ataupun di balai pertemuan.
Penerapan bentuk ini sebagaimana yang telah dilakukan pada perguruan tinggi-perguruan tinggi terkemuka yang menggunakan sistem belajar secara of campus.
3. Web Enhanced Course
Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk pendidikan yang menunjang peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran utamanya tatap muka di kelas.
Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
Peranan internet di sini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke pelbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok.[9]
Berbeda dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk web enhanced course ini prosentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
Bentuk ini dapat pula dikatakan sebagai langkah awal bagi intitusi pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi informasi, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti web centric course atau pun web course.
Baik pada model web course, web centric course ataupun web enhanced course, terdapat beberapa komponen aktivitas seperti informasi, bahan belajar, pembelajaran ataupun komunikasi, penilaian yang bervariasi. Secara umum komponen aktivitas dan strukturnya dapat diterapkan dalam pengembangan pembelajaran melalui internet.

c.         Peluang dan Tantangan
Integrasi Web dalam kegiatan pembelajaran memiliki kegunaan atau manfaat yang sangat signifikan, sehingga menjadi peluang penting bagi perkembangan dunia pendidikan. Secara deskriptif, nilai kegunaan Web dalam kegiatan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam dua konteks berbeda. Pertama, kegunaan Web dalam kegiatan pembelajaran konvensional atau direct learning yang melibatkan tatap muka secara langsung antara guru dan siswa. Kedua,  kegunaan Web dalam kegiatan pembelajaran tidak langsung (indirect learning), sebagaimana yang biasa dilakukan dalam pendidikan terbuka (open education) maupun pendidikan jarak jauh (distance education).
Dalam konteks di tanah air, hasil penelitian Kusnandar, Chairuman, dan Kurniwati menunjukkan, setidaknya, terdapat beberapa kontribusi penting portal Web dalam pembelajaran yang bersifat langsung (tatap muka).[10] Portal Web EdukasiNet, misalnya, memiliki kontribusi penting terhadap penyediaan bahan belajar, terutama bagi guru dan siswa. Melalui Web ini, para guru maupun siswa-siswa pengguna dapat memperoleh berbagai sumber bahan belajar yang meliputi bahan belajar yang berkaitan dengan semua mata pelajaran untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), modul online, pengetahuan populer, berita serta artikel pendidikan dengan cara mengunduh (downloading) atau memanfaatkannya secara langsung di dalam kelas. Selain itu, para siswa juga dapat menguji kemampuan atau kompetensi semua mata pelajaran yang dipelajarinya secara online. Sedangkan bagi para guru dapat memperoleh informasi mengenai teknik dalam belajar dan membelajarkan siswa. Termasuk pula, mereka dapat berbagi ilmu dengan guru lain dengan cara mengirimkan karyanya berupa bahan belajar berbasis web ke administrator EdukasiNet untuk diunggah (uploaded).
Selain itu, Web dalam pembelajaran langsung juga dapat digunakan sebagai media komunikasi dan kolaborasi lintas guru dan siswa. Dalam konteks ini, para guru pengguna; 1) dapat berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan sesama guru dari sekolah lain di Indonesia secara online dengan memanfaatkan fasilitas forum guru, baik melalui  e-mail, millist atau chatting; dan 2) dapat mengirimkan ide, pengalaman, karya ilmiah atau berita pendidikan ke adminstrator Web untuk disebarkan luaskan dalam feature artikel dan news Web. Sementara bagi para siswa dapat menggunakan Web sebagai media berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan sesama siswa dari sekolah lain dengan memanfaatkan fasilitas forum siswa.[11]
Pengembangan pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga bisa didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, inilah tantangannya. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain:
1.        Keuntungan. Sejauh mana sistem pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi intitusi, staf pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh siswa dalam meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara konvensional
2.        Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software
3.        Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur, mengadakan peralatan serta sofware tidaklah sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru ataukah meng-upgrade yang sudah ada atau scound. Mesti diperhatikan bahwa sofwere yang asli bukan bajakan harganya relatif mahal. Untuk itu dipertimbangkan kemampuan menyediakan dana dalam setiap pengambilan keputusan.
4.        Biaya operasional dan perawatan. Suatu sistem akan berjalan apabila dikelola secara baik. Dengan demikian, sistem pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan biaya operasional dan perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya operasional, honor pengelolaan, biaya langganan ISP (Internet Service Provider), biaya langganan saluran telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila berkeinginan menggunakan dial-up. Sedangkan biaya perawatan termasuk penggantian suku cadang yang mengalami kerusakan baik karena umur maupun kesalahan prosedur pemakaian. Untuk menanggulangi biaya 'operasional dan perawatan tersebut, dapat dilakukan dengan mendayagunakan sistem tersebut agar mampu menghasilkan uang (income generating), antara lain dengan membuka warnet untuk umum, mengadakan pelatihan-pelatihan dan lain-lain.
5.        Sumberdaya manusia. Untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan sistem pembelajaran, diperlukan sejumlah sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi. Dalam hal ini termasuk guru-guru yang harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran melalui internet. Untuk keperluan itu hendaknya dilakukan identifikasi dan kemudian dipersiapkan tenaga-tenaga tersebut, apakah bisa dicukupi dari dalam ataukah harus merekrut tenaga-tenaga barn. Untuk membekali tenaga-tenaga tersebut perlu diberikan pelatihan, diperhitungkan lama waktu pelatihan, tempat pelatihan, cara pelatihan agar bisa menfhasilkan tenaga yang memiliki kualifikasi.
6.        Siswa. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah mengetahui sejauhmana kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan diselenggarakan. Kalau internet merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar siswa, tentunya perlu dilakukan serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap berpartisipasi secara aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut. Adalah hal yang tidak mudah untuk merubah kebiasaan mereka yang telah terbiasa belajar secara tatap muka secara konvensional selama bertahun-tahun, yang tentunya telah menjadi gaya belajar atau kebiasaan yang sudak mendarah daging.[12]

C.      Pengembangan Pembelajaran Berbasis Internet
Berdasarkan kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian sistem pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu:

  1. Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC (Internet Relay Chat), word wide web, seach engine, millis (milling list) dan FTP (File Transfer Protocol).
  2. Menggunakan sofware pengembang program pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang di antaranya bisa didapatkan secara gratis ataupun bisa juga dengan membelinya. Ada beberapa vendor yang mengembangkan Web Course Tools seperti Web CT, Web fuse, Top Class dan lain-lain.
  3. Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made), dengan menggunakan bahasa ''pemrograman seperti ASP (Active Server Pages) dan lain-lain.

Setiap cara memiliki kelebihan dan kekurangan, misalnya pengembangan program pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya sangat murah dibandingkan yang lain, namun ada kekurangan yaitu dalam pengelolaan agak sulit karena sifatnya tidak terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan Web Course Tools atau pengembangan secara taillor-made biayanya jauh lebih mahal, namun memiliki kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan pengelolalaannya, lebih power full, dan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk memilih salah satu cara yang akan dipakai, ditentukan pada pertimbangan berdasarkan kajian terhadap berbagai hal seperti yang telah dibahas dibagian terdahulu tadi. Namun pada dasarnya mendayagunakan internet untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan adalah hal yang sangat layak untuk segera dilaksanakan secara luas di institusi-institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia.[13]
Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model. Adapun penjelasannya sebagaimana berikut:
1. Selective Model
Model selektif ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salah satu alat atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru menemukan bahan yang bermutu dari internet, maka dengan terpaksa guru hanya dapat menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.
2. Sequential Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan atau untuk mencari informasi baru.
3. Static Station Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan belajar digunakan oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.
4. Laboratory Model
Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan belajar dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.
Setiap model yang dapat digunakan dalam pembelajaran di atas masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pemilihannya bergantung kepada infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang tersedia di sekolah. Bagaimanapun upaya pembelajaran dengan pendekatan ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang. 

D.      Penutup
Model pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pertimbangan sistem pembelajaran dengan menggunakan internet adalah web course, web centric course dan web enhanced course. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan bergantung dari sudut mana kebutuhan itu dapat dipenuhi.
Hal itu menjadi pertimbangan untuk diambil sebuah keputusan tentang pengembangan pembelajaran melalui internet, seperti keuntungan bagi intitusi, biaya operasional dan perawatan serta pengembangan infrastruktur, sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta yang tak kalah pentingnya kesiapan siswa yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan internet.
Berdasarkan kajian dan pertimbangan selanjutnya pengembangan yang dapat dilakukan melalui sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, software pengembang program pembelajaran dengan internet web course tools, dan pengembangan sendiri program pembelajaran. Masing-masing cara dapat dipilih bergantung model apa yang akan dipakai dalam implementasi pembelajaran melalui internet. Model yang dimaksud bisa dipilih selective model, squential model, atatic station model dan laboratory model.

E.       Daftar Pustaka
Anwar, Oos. Internet: Peluang dan Tantangan Pendidkan Nasional Jurnal Teknodik. Jakarta: Pusat Teknologi Komunikasi dan Inforasi Pendidikan Depdiknas, 2003

Cantoni, Lorenzo and Tardini, Stefano. Internet.  London: Routledge, 2006
Crystal, David. Language and the Internet. New York: Cambridge University Press, 2004
Goos, Gerhard. Advances in Web-Based Learning – ICWL 2003, ed. Berlin: Spinger, 2003

Haughey, Margaret and Anderson, Terry. Networked Learning: The Pedagogy of the Internet. Montreal: Cheneli 1998

Kusnandar, Uwes A. Chaeruman dan Ika Kurniawati. Studi Pemanfaatan E-dukasi.Net. Jurnal Teknologi Pendidikan , Vol. IX, No. 17 Desember/2005
Liu, Wenyin and Li, Yuanchun Shi Qing. Advances in Web-Based Learning –ICWL 2004. Berlin: Springer, 2004
Magoulas D. and Chen, Sherry Y.. Advances in Web-based Education: Personalized Learning Environments. London: Information Science Publishing, 2006.
Probowono. Internet untuk Dunia Pendidikan. Makalah, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1996

Rahmi, ivalina, Pola Pencarian Informasi di Internet. Jurnal Teknodik Jakarta, Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Depdiknas, 2004.

Syam, Nina W. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan, 2004