PENDIDIIKAN BERBASIS INTERNET
Posted by
Indonesia yang terletak diantara 6º LU sampai 11º
LS dan 95º BT sampai 141º BT adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang
terletak diantara dua benua, Asia dan Australia dengan jumlah kepulauan 17.000
lebih yang membentang sepanjang kurang
lebih 3.200 mil dari Timur ke Barat serta 1.100 mil dari Utara ke Selatan.
Kondisi geografi ini sedikit banyaknya menjadi kendala dalam penyebarluasan
layanan pendidikan yang menggunakan metode konvensional (tatap muka) kepada
seluruh warga negara.
Wahana utama dalam
pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan. Namun bila memperhatikan keadaan geografi,
sosial-ekonomi dan beragamnya kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah
tidak memadai lagi (tidak praktis) apabila hanya mengandalkan cara-cara
pemecahan tradisional semata. Karena itu, berbagai strategi alternatif yang
berkaitan dengan permasalahan perlu dijajagi,
dikaji dan diterapkan.
Informasi sudah merupakan
‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi
kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa
dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information age) atau masyarakat ilmu
pengetahuan (knowledge society).
Kecepatan yang diiringi dengan
tuntutan kebutuhan dapat memberikan sumbangan potensial pada sektor pendidikan.
Potensi positif yang dimiliki teknologi tidak saja meningkatkan efesiensi dan
efektifitas serta keluwesan proses pembelajaran, tetapi juga berdampak pada
pengembangan materi, pergeseran peran guru/pelatih dan semakin berkembangnya
otonomi peserta didik.
Perkembangan teknologi informasi lebih terasa manfaatnya
dengan hadirnya jaringan internet yang memanfaatkan satelit sebagai media
transformasi. Hadirnya internet sebagai sumber informasi ini sangat
memungkinkan seseorang untuk mencari dan menyebarkan segala ilmu pengetahuan
dan teknologi termasuk penemuan penelitian ke seluruh dunia dengan mudah,
cepat, dan murah, sehingga pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi
diharapkan dapat lebih cepat dan merata. Dengan demikian segala informasi yang
ada di internet dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Inilah bentuk
pembelajaran baru, yakni berbasis internet (web-based learning).
B. Pembahasan
a. Pengertian
Pembelajaran berbasis Internet (web-based learning) menunjuk pada proses kegiatan belajar yang sangat berbeda dengan model
pembelajaran konvensional. Web-based learning lebih mengandalkan Website dan keseluruhan program aplikasinya sebagai
modal utama kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti, menempatkan piranti
teknologi menempati peran sama pentingnya dengan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
Berbagai pengertian tentang web-based
learning sudah begitu banyak diberikan oleh pakar, seperti Papanikolaou dan
Grigoriadou,[1] keduanya menunjuk pembelajaran
berbasis web sebagai “Any learning, training or education that is
facilitated by the use of Web technologies” (setiap pembelajaran, pelatihan
atau pendidikan yang difasilitasi oleh penggunaan teknologi Web). Chen, Jwo, and Wang,[2] menggambarkan
pembelajaran berbasis Web dengan penggunaan aplikasi-aplikasi Web (Web-based
application) untuk mengimplementasikan singkronik dan atau asinkronik guna
mengimplementasikan model pembelajaran berbasis elektronik (e-learning).
Sheard and Lynch,[3] memaknainya sebagai ”a place where learners and teachers interact and defines it as
a hypermedia based program or system that uses the attributes and resources of the www to facilitate learning” (sebuah tempat yang para siswa dan guru saling
berhubungan dan hal itu berarti program berbasis hypermedia atau sistem yang menggunakan atribusi dan sumber-sumber dari www untuk memfasilitasi pembelajaran). Bagi, pembelajaran berbasis Web
menunjuk pada sistem www-based tools
yang digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran (learning
objectives).[4] Secara keseluruhan, mereka memiliki
satu perspektif yang sama bahwa, web-based
learning merupakan keseluruhan proses pembelajaran yang ”facilitated by the use
of Web technologies” (difasilitasi sepenuhnya oleh penggunaan teknologi
website).
Website yang merupakan akronim dari WWW (World Wide Web) atau lebih
populer dengan istilah Web merupakan teknologi berbasis jaringan internet, baik
berupa Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN),
ataupun Wide Area Network (WAN). Cantoni dan
Tardini menunjuk web sebagai,
“A site (location) on the WWW. Each Web site contains
a home page, which is the first document users see when they enter the site.
The site might also contain additional documents and files. Each site is owned
and managed by an individual, company or organization.[5]”
Jika mengacu pada pengertian dasar Web diatas, setidaknya, menggambarkan
empat perangkat, pilar atau komponen utama. Pertama, berbagai isi (contents)
dan pelayanan-pelayanan (services) yang terdapat dalam perangkat Web,
seperti menyuarakan aspirasi (voting), pembelian (buying),
penawaran (selling), pemesanan (reserving), poling, chatting,
dan seterusnya. Kedua, perangkat-perangkat untuk mengunduh (accessibility
tools), yakni perangkat-perangkat teknis (technical tools) yang
memastikan bahwa konten dan pelayanan dapat dilakukan. Ketiga, komponen
manusia yang mengelola (people who manage). Dan keempat, para
pengguna (users) atau para penikmat Web (clients).[6] Dari keempat pilar ini
menunjukkan bahwa dua pilar dalam poin satu dan dua berupa material atau barang
(thing), sementara pilar ketiga dan keempat berupa manusia.
b.
Bentuk Pembelajaran
Internet
Ada tiga
bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan, yaitu:
(1) Web Course, (2) Web Centric Course, dan (3) Web Enhanced
Course[7]:
1. Web Course
Web Course adalah
penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran di mana seluruh kegiatan
belajar sepenuhnya disampaikan melalui internet.
Dengan kata lain, Web course
adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bagian
bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya
disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun
hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan
setiap saat. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan
tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena
semua proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti
email, chat rooms, bulletin board dan online conference.
Selain itu sistem ini biasanya juga
dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan
sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat
hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet,
seperti data base statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan
elektronik dan lain-lain.
Bentuk pembelajaran model ini
biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance
education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual
campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan yang bisa diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian
akan diberikan sertifikat.[8]
2. Web Centric Course
Web Centric Course adalah
sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, dan latihan disampaikan melalui
internet, sedangkan ujian dan sebagaian kegiatan lain disampaikan secara tatap
muka.
Sebagian bahan belajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan
ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka,
walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang
biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil
dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet.
Bentuk ini memberikan makna bahwa
kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi kegiatan melalui internet
sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi
pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah
maupun ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan,
taman bacaan, ataupun di balai pertemuan.
Penerapan bentuk ini sebagaimana
yang telah dilakukan pada perguruan tinggi-perguruan tinggi terkemuka yang
menggunakan sistem belajar secara of campus.
3. Web Enhanced Course
Web Enhanced Course adalah
pemanfaatan internet untuk pendidikan yang menunjang peningkatan kualitas
kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran utamanya tatap muka di
kelas.
Web Enhanced Course merupakan
pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas
belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite
course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
Peranan internet di sini adalah
untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan
cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke pelbagai sumber belajar yang
sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan
memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara
timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk
keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok.[9]
Berbeda dengan kedua bentuk
sebelumnya, pada bentuk web enhanced course ini prosentase pembelajaran melalui
internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan prosentase pembelajaran
secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung
kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
Bentuk ini dapat pula dikatakan
sebagai langkah awal bagi intitusi pendidikan yang akan menyelenggarakan
pembelajaran berbasis teknologi informasi, sebelum menyelenggarakan
pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti web centric
course atau pun web course.
Baik pada
model web course, web centric course ataupun web enhanced
course, terdapat beberapa komponen aktivitas seperti informasi, bahan
belajar, pembelajaran ataupun komunikasi, penilaian yang bervariasi. Secara
umum komponen aktivitas dan strukturnya dapat diterapkan dalam pengembangan
pembelajaran melalui internet.
c.
Peluang dan
Tantangan
Integrasi Web dalam kegiatan pembelajaran memiliki kegunaan atau manfaat
yang sangat signifikan, sehingga
menjadi peluang penting bagi perkembangan dunia pendidikan. Secara deskriptif, nilai
kegunaan Web dalam kegiatan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam dua konteks berbeda. Pertama, kegunaan Web dalam kegiatan
pembelajaran konvensional atau direct learning yang melibatkan tatap
muka secara langsung antara guru dan siswa. Kedua, kegunaan Web dalam kegiatan pembelajaran
tidak langsung (indirect learning), sebagaimana yang biasa dilakukan
dalam pendidikan terbuka (open education) maupun pendidikan jarak jauh (distance
education).
Dalam konteks di tanah air, hasil penelitian Kusnandar, Chairuman, dan
Kurniwati menunjukkan, setidaknya, terdapat beberapa kontribusi penting portal
Web dalam pembelajaran yang bersifat langsung (tatap muka).[10] Portal Web EdukasiNet, misalnya,
memiliki kontribusi penting terhadap penyediaan bahan belajar, terutama bagi
guru dan siswa. Melalui Web ini, para guru maupun siswa-siswa pengguna dapat
memperoleh berbagai sumber bahan belajar yang meliputi bahan belajar yang
berkaitan dengan semua mata pelajaran untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), modul online, pengetahuan
populer, berita serta artikel pendidikan dengan cara mengunduh (downloading) atau memanfaatkannya secara langsung di dalam kelas. Selain itu, para siswa juga dapat menguji kemampuan atau
kompetensi semua mata pelajaran yang dipelajarinya secara online.
Sedangkan bagi para guru dapat memperoleh informasi mengenai teknik dalam
belajar dan membelajarkan siswa. Termasuk pula, mereka dapat berbagi ilmu
dengan guru lain dengan cara mengirimkan karyanya berupa bahan belajar berbasis
web ke administrator EdukasiNet untuk diunggah (uploaded).
Selain itu, Web dalam pembelajaran langsung juga dapat digunakan sebagai
media komunikasi dan kolaborasi lintas guru dan siswa. Dalam konteks ini, para
guru pengguna; 1) dapat berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan sesama
guru dari sekolah lain di Indonesia secara online dengan memanfaatkan
fasilitas forum guru, baik melalui e-mail,
millist atau chatting; dan 2) dapat mengirimkan ide,
pengalaman, karya ilmiah atau berita pendidikan ke adminstrator Web untuk
disebarkan luaskan dalam feature artikel dan news Web. Sementara
bagi para siswa dapat menggunakan Web sebagai media berkomunikasi, berbagi ide
dan pengalaman dengan sesama siswa dari sekolah lain dengan memanfaatkan
fasilitas forum siswa.[11]
Pengembangan
pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas
seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga bisa
didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan
sistem pembelajaran berbasis internet, inilah tantangannya. Di samping itu juga
diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya
antara lain:
1.
Keuntungan. Sejauh mana sistem
pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi intitusi, staf
pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh siswa dalam
meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan
pembelajaran tatap muka secara konvensional
2.
Biaya pengembangan infrastruktur
serta pengadaan peralatan software
3.
Biaya yang diperlukan untuk
mengembangkan infrastruktur, mengadakan peralatan serta sofware tidaklah
sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun
suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan
peralatan yang sama sekali baru ataukah meng-upgrade yang sudah ada atau
scound. Mesti diperhatikan bahwa sofwere yang asli bukan bajakan harganya
relatif mahal. Untuk itu dipertimbangkan kemampuan menyediakan dana dalam
setiap pengambilan keputusan.
4.
Biaya operasional dan perawatan.
Suatu sistem akan berjalan apabila dikelola secara baik. Dengan demikian,
sistem pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan biaya operasional
dan perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya operasional, honor pengelolaan,
biaya langganan ISP (Internet Service Provider), biaya langganan saluran
telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila berkeinginan menggunakan
dial-up. Sedangkan biaya perawatan termasuk penggantian suku cadang yang
mengalami kerusakan baik karena umur maupun kesalahan prosedur pemakaian. Untuk
menanggulangi biaya 'operasional dan perawatan tersebut, dapat dilakukan dengan
mendayagunakan sistem tersebut agar mampu menghasilkan uang (income
generating), antara lain dengan membuka warnet untuk umum, mengadakan
pelatihan-pelatihan dan lain-lain.
5.
Sumberdaya manusia. Untuk
mengembangkan dan mengelola jaringan dan sistem pembelajaran, diperlukan
sejumlah sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang
tinggi. Dalam hal ini termasuk guru-guru yang harus memahami prinsip-prinsip
pembelajaran melalui internet. Untuk keperluan itu hendaknya dilakukan
identifikasi dan kemudian dipersiapkan tenaga-tenaga tersebut, apakah bisa
dicukupi dari dalam ataukah harus merekrut tenaga-tenaga barn. Untuk membekali
tenaga-tenaga tersebut perlu diberikan pelatihan, diperhitungkan lama waktu
pelatihan, tempat pelatihan, cara pelatihan agar bisa menfhasilkan tenaga yang
memiliki kualifikasi.
6.
Siswa. Yang tidak kalah pentingnya
untuk diperhatikan adalah mengetahui sejauhmana kesiapan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan diselenggarakan.
Kalau internet merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar siswa, tentunya
perlu dilakukan serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap
berpartisipasi secara aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut.
Adalah hal yang tidak mudah untuk merubah kebiasaan mereka yang telah terbiasa
belajar secara tatap muka secara konvensional selama bertahun-tahun, yang
tentunya telah menjadi gaya belajar atau kebiasaan yang sudak mendarah daging.[12]
C. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Internet
Berdasarkan
kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian sistem
pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu:
- Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC (Internet Relay Chat), word wide web, seach engine, millis (milling list) dan FTP (File Transfer Protocol).
- Menggunakan sofware pengembang program pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang di antaranya bisa didapatkan secara gratis ataupun bisa juga dengan membelinya. Ada beberapa vendor yang mengembangkan Web Course Tools seperti Web CT, Web fuse, Top Class dan lain-lain.
- Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made), dengan menggunakan bahasa ''pemrograman seperti ASP (Active Server Pages) dan lain-lain.
Setiap cara
memiliki kelebihan dan kekurangan, misalnya pengembangan program pembelajaran
dengan menggunakan fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya sangat murah
dibandingkan yang lain, namun ada kekurangan yaitu dalam pengelolaan agak sulit
karena sifatnya tidak terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan Web Course
Tools atau pengembangan secara taillor-made biayanya jauh lebih mahal, namun
memiliki kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan pengelolalaannya,
lebih power full, dan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk memilih
salah satu cara yang akan dipakai, ditentukan pada pertimbangan berdasarkan
kajian terhadap berbagai hal seperti yang telah dibahas dibagian terdahulu
tadi. Namun pada dasarnya mendayagunakan internet untuk mendukung peningkatan
kualitas pendidikan adalah hal yang sangat layak untuk segera dilaksanakan
secara luas di institusi-institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia.[13]
Dalam
implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan yang bisa digunakan, yaitu:
Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model.
Adapun penjelasannya sebagaimana berikut:
1. Selective Model
Model selektif
ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya
ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salah satu alat
atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan
pelajaran. Jika guru menemukan bahan yang bermutu dari internet, maka dengan
terpaksa guru hanya dapat menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa
sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di
sekolah/kelas, maka siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman
langsung.
2. Sequential Model
Model ini
digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanya dua
atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran
menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan atau untuk
mencari informasi baru.
3. Static Station Model
Model ini
digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya
dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa
sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan
belajar digunakan oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber
belajar yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.
4. Laboratory Model
Model ini
digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang
dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara
lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan belajar dapat
digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.
Setiap model yang
dapat digunakan dalam pembelajaran di atas masing-masing mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Pemilihannya bergantung kepada infrastruktur telekomunikasi dan
peralatan yang tersedia di sekolah. Bagaimanapun upaya pembelajaran dengan
pendekatan ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.
D. Penutup
Model
pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar
pertimbangan sistem pembelajaran dengan menggunakan internet adalah web
course, web centric course dan web enhanced course. Masing-masing
memiliki keunggulan dan kelemahan bergantung dari sudut mana kebutuhan itu
dapat dipenuhi.
Hal itu
menjadi pertimbangan untuk diambil sebuah keputusan tentang pengembangan
pembelajaran melalui internet, seperti keuntungan bagi intitusi, biaya
operasional dan perawatan serta pengembangan infrastruktur, sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta yang tak kalah pentingnya
kesiapan siswa yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan internet.
Berdasarkan
kajian dan pertimbangan selanjutnya pengembangan yang dapat dilakukan melalui
sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, software pengembang program
pembelajaran dengan internet web course tools, dan pengembangan sendiri program
pembelajaran. Masing-masing cara dapat dipilih bergantung model apa yang akan
dipakai dalam implementasi pembelajaran melalui internet. Model yang dimaksud
bisa dipilih selective model, squential model, atatic station
model dan laboratory model.
E. Daftar Pustaka
Anwar, Oos. Internet:
Peluang dan Tantangan Pendidkan Nasional Jurnal Teknodik. Jakarta: Pusat
Teknologi Komunikasi dan Inforasi Pendidikan Depdiknas, 2003
Cantoni, Lorenzo and Tardini,
Stefano. Internet. London:
Routledge, 2006
Crystal, David. Language and the
Internet. New York: Cambridge
University Press, 2004
Goos, Gerhard. Advances in
Web-Based Learning – ICWL 2003, ed. Berlin: Spinger, 2003
Haughey, Margaret and Anderson, Terry. Networked Learning: The Pedagogy of the Internet. Montreal: Cheneli 1998
Kusnandar,
Uwes A. Chaeruman dan Ika Kurniawati. Studi Pemanfaatan E-dukasi.Net. Jurnal Teknologi Pendidikan , Vol. IX, No. 17 Desember/2005
Liu, Wenyin and Li,
Yuanchun Shi Qing. Advances in Web-Based Learning –ICWL 2004. Berlin:
Springer, 2004
Magoulas D. and Chen, Sherry Y..
Advances in Web-based Education: Personalized Learning Environments.
London: Information Science Publishing, 2006.
Probowono. Internet
untuk Dunia Pendidikan. Makalah, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1996
Rahmi,
ivalina, Pola Pencarian Informasi di Internet. Jurnal Teknodik Jakarta,
Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Depdiknas, 2004.
Syam, Nina W. Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan, 2004
0 komentar:
Posting Komentar