Mogul: Nuansa Kekuatan Cinta

Posted by Ahmad Ghozali


Dunia Islam dapat diibaratkan roda raksasa dengan Ka’bah sebagai pusatnya. Sedangkan masjid-masjid lain yang menghadap kepadanya laksana jari-jarinya. Jari-jari tersebut menyebar dari Australia, Asia, Afrika, Eropa, hingga Amerika.
Untuk melihat betapa mengagumkan semangat umat Muslim mendirikan masjid, jumlah masjid pada era kekhalifahan Islam dapat memberikan gambaran. Pada abad pertengahan di kota-kota di Timur Tengah, telah muncul puluhan ribu masjid. Di Kairo dan Alexandria, terdapat sekitar 20 ribu masjid; di Baghdad dan Basra 37 ribu masjid; di Damaskus ada 389 masjid; dan di Cordoba terdapat kurang lebih 500 masjid. Jumlah yang sungguh fantastis.
Nilai estetika pada bangunan masjid-masjid tersebut menjadikannya makin istimewa. Umat Muslim di seluruh dunia berlomba menampilkan masjid dengan arsitektur-arsitektur indah. Salah satu dari sekian ribu masjid yang megah dan indah berada di India. Masjid Jama namanya.
Masjid Jama berada di kawasan sibuk Kota Old Delhi, tepatnya di Jalan Chandni Chowk, hanya berjarak beberapa meter dari Red Fort. Hari-hari di masjid itu tampak ramai oleh para jamaah yang melaksanakan ibadah, juga wisatawan domestik dan mancanegara yang sedang menikmati keindahan fisik dan nilai sejarahnya.
Inilah masjid terbesar di negeri yang berpenduduk mayoritas Hindu itu. Lebar masjid mencapai 270 meter dengan panjang sekitar 80 meter. Secara keseluruhan, masjid ini mampu menampung kurang lebih 25 ribu jamaah. Pembangunan masjid ini hampir bersamaan dengan beberapa masjid di Agra, Ajmer, dan Lahore. Akan tetapi, ia tampak paling fenomenal sehingga mendapat julukan Masjid-i-Jahanuma yang berarti masjid berpanorama dunia.
Julukan itu tidak berlebihan. Keindahan bangunan dan arsitekturalnya memang tak tertandingi oleh masjid-masjid lain yang didirikan oleh dinasti yang sama, yaitu Dinasti Mogul di India. Ia memenuhi semua syarat untuk disambangi dalam agenda wisata keagamaan. Di dalamnya, tersimpan warisan benda-benda sejarah, seperti Alquran dari kulit rusa, sandal dan rambut Nabi Muhammad SAW, serta bekas tapak kaki manusia di atas sebuah marmer.
Tak mengherankan jika Masjid Jama dinyatakan oleh para ahli sejarah sebagai warisan Kerajaan Mogul paling berharga di samping Taj Mahal. Sultan Syah Jehan, yang memerintah Dinasti Mogul pada 1627-1658 M, memprakarsai pendirian masjid ini setelah menyelesaikan pembangunan Taj Mahal yang terkenal di seantero jagad itu. Taj Mahal dibangun di Agra mulai tahun 1631 dan selesai pada 1648. Sementara itu, Masjid Jama dibangun pada tahun 1656.
Ketika Syah Jehan memegang takhta Kerajaan Mogul, mayoritas rakyatnya masih kuat memeluk agama Hindu. Sebagian kecil memeluk agama lain, seperti Sikh, Buddha, dan Kristen. Akan tetapi, sang Sultan tidak ragu-ragu memancarkan gema Islam di tengah keragaman agama rakyatnya itu untuk menegaskan identitasnya sebagai seorang Muslim.
Penegasan identitas itu tampak pada arsitektur Masjid Jama yang berciri khas Islam. Seni bangunan masjid berbeda dengan candi, vihara, atau gereja. Menurut sejarah, para ahli arsitektur secara khusus didatangkan dari Iran untuk membangun masjid-masjid di India. Kebijakan itu pertama kali dilakukan oleh Nasiruddin Muhammad yang memerintah pada 1530-1556.
Lokasi yang dipilih pun mengisyaratkan kebesaran Islam. Masjid Jama dibangun di ketinggian bukit batu di Shahjahanabad, bekas ibu kota Kerajaan Mogul. Rumah Allah itu tampak lebih tinggi dari bangunan-bangunan lain di seluruh kota. Siapa pun harus menengadahkan muka untuk melihatnya, sementara pintu gerbang masjid seolah melongok ke bawah, kepada mereka yang hendak memasukinya.
Syah Jehan sendiri merupakan raja ke-5 Kerajaan Mogul di India. Tatkala masih kanak-kanak, ia bernama Khurram. Ayahnya bernama Jahangir, raja Mogul ke-4 bergelar Nuruddin Muhammad al-Ghazi, yang memerintah pada tahun 1605-1627. Sedangkan ibunya bernama Nur Jahan.
Nama Syah Jehan berkibar di atas kemegahan bangunan-bangunan yang ia dirikan tatkala menjadi raja. Cinta. Itulah kata atau rasa yang mendorong sang Raja membangun karya-karya agung tersebut. Cinta kepada sang Pencipta, menuntunnya mendirikan Masjid Jama yang begitu megah dan cintanya kepada sang istri membuatnya untuk mendirikan Taj Mahal.
Di mata Syah Jehan, sang permaisuri, Arjuman Banu Begum, adalah sosok wanita sempurna. Tidak hanya cantik parasnya, tetapi juga luhur budi pekertinya, jernih pikirannya, lembut perangainya, lagi arif sikapnya. Ia berlaku adil kepada semua rakyatnya tanpa melihat perbedaan agama.
Namun demikian, sebagai seorang Muslimah, Banu Begum memberikan perhatian besar pada pembangunan masjid-masjid di wilayah kekuasaan Kerajaan Mogul. Konon, masjid-masjid yang dibangun di masa pemerintahan Syah Jehan merupakan permintaan sang permaisuri.
Namun, kebersamaan pasangan itu tidak berlangsung lama. Banu Begum yang berjuluk Mumtaz Mahal meninggal pada tahun 1631 saat melahirkan. Peristiwa itulah yang melahirkan karya agung berupa Taj Mahal, yaitu makam berkubah untuk mengenang seorang permaisuri tercinta.
Karya seni yang menonjol pada masa itu adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mogul berdasarkan figure pemimpinnya.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, villa dan mesjid berlapisan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
Di masa kekuasaan Syah Jehan, Kerajaan Mogul mencapai puncak kejayaannya. Ia dikenal tegas dalam menindak pembesar kerajaan yang tidak jujur. Konon, Syah Jehan memelihara banyak ular berbisa. Ular-ular itu disediakan untuk menghukum mereka yang melakukan pelanggaran dan merugikan kerajaan dan rakyat.
Pada ranah sosial, kebijakan Syah Jehan banyak dipengaruhi oleh kakeknya, Akbar Syah I (Raja ke-3, memerintah pada tahun 1556-1605), bahwa semua penganut agama diperlakukan secara sama. Kebijakan ini berimplikasi pada merebaknya kawin lintas agama. Di samping itu, banyak pegawai kerajaan yang tidak beragama Islam.
Kebijakan Syah Jehan itu dihapuskan oleh raja berikutnya, Aurangzeb, yang tidak lain adalah anak angkatnya. Di tangan Aurangzeb ini, nasib Syah Jehan tidak sebaik sebelumnya. Ia dipenjarakan oleh anak angkatnya itu karena Syah Jehan sebelumnya menghendaki Dara Siqah, yang menggantikannya.
Dara Siqah dibunuh oleh Aurangzeb dan setelah itu memenjarakan Syah Jehan hingga menemui ajalnya pada tahun 1666. Dengan menghapuskan kebijakan lama, sistem hukum dan perundang-undangan didasarkan pada hukum Islam.
Meskipun mayoritas rakyatnya tidak beragama Islam, namun Aurangzeb mampu mempertahankan keutuhan wilayah kerajaannya yang meliputi seluruh anak benua India. Sepeninggal Aurangzeb, Kerajaan Mogul makin melemah hingga akhirnya dihancurkan oleh penjajah Inggris pada tahun 1857.
Cinta. Itulah kata atau rasa yang mendorong sang Raja membangun karya-karya agung. Cinta kepada sang Pencipta, menuntunnya mendirikan Masjid Jama yang begitu megah dan cintanya kepada sang istri membuatnya untuk mendirikan Taj Mahal.

Sejarah Dinasti Mogul

Dinasti Mogul di India didirikan oleh seorang penjarah dari Asia Tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur, salah satu keturunan Timur Lenk (771-807 H/1370-1405 M). dari etnis Mongol. Seorang keturunan Jengiz Khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di Asia Tengah pada abad ke-15. Kerajaan ini berdiri pada saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah kerajaan Turki Usmani (Kerajaan Ottoman), dan di Persia Kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi negara adikuasa di dunia. Mereka menguasai perekonomian, politik, militer, dan mengembangkan kebudayaan yang monumental.
Zahiruddin Muhammad Babur naik tahta untuk pertama kali sebagai penguasa Fergana di Asia Tengah, mengantikan ayahnya Umar Mirza pada tahun 1500. Setelah naik tahta, ia mencanagkan obsesinya untuk menguasai seluruh wilayah Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun, ambisinya itu terhalang oleh kekuatan Uzbekistan, bahkan pada tahun 1504 ia pun kehilangan Fergana.
Berkat bantuan dari Isma’il I (memerintah 907-930 H/1500-1524M) dari Kerajaan Safawi, Babur dapat menguasai Kabul pada tahun 1512. Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah timur sehingga pada tahun 1526 ia dapat merebut Delhi dari Dinasti Lody.
Keberhasilan itu diraih melalui perjuangan panjang. Ibrahim Lody (memerintah 923-932 H/1517-1526 M), penguasa Delhi dari Afghan, kehilangan pengaruh dari mata para pendukungnya. Daulat Kahn, Gubernur Lahore, dan Alam Khan (paman Ibrahim sendiri) melakukan pembangkangan pada tahun 1524 terhadap pemerintah Ibrahim Lody, dan meminta bantuan Babur untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu menyerang kekuatan Ibrahim, tetapi gagal memperoleh kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak sungguh-sungguh membantu mereka. Ketidak seriusan ini menimbukan kecurigaaan diantara Daulat Khan dan Daulat Alam Khan, sehingga keduannya berbalik dan menyerang Babur. Kesempatan itu tidak disia-siakan Babur. Ia berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua kekuatan tersebut. Daulat Khan dan Alam Khan dapat dikalahkan. Lahore dikuasainya pada tahun 1523. Dari Lahore ia terus bergerak ke selatan mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim yang segera keluar dari Delhi setelah mendengar ancaman kekuatan Babur itu.
Babur memperoleh kemenangan yang amat dramatis dalam pertempuan Panipat I (1526) itu, karena dengan hanya didukung 25.000 personal angkatan perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan Ibrahim yang didukung 100.000 personel dan 1000 pasukan gajah. Pada tahun itu juga Babur menguasai Delhi, dan memproklamasikan diri sebagai maharaja di India.
Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari para penguasa Hindu setempat. Proklamasi 1526 yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput. Sehingga ia harus berhadapan dengan dua kekuatan sekaligus. Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan para umat Islam yang belum tunduk pada penguasa yang baru tiba itu. Tantangan tersebut harus dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.
Setelah Rajput dapat ditundukkan, konsentarsi Babur diarahkan ke sebelah timur pusat kekuatan Dinasti Lody dari Afgan, yang saat itu di pimpin oleh Mahmud saudara Ibrahim. Kekuatan Mahmud dapat dikalahkan Babur tahun 1529 sehingga Gogra dan Bihar jatuh ke bawah kekuasaannya.
Sepeninggal Babur (1530), dinasti ini mengalami kekalahan total. Humayun (Nasirudin Muhammad; 1530-1556) tidak mampu menahan gerakan Sher Shah (1486-1545), pemimpin etnis Afgan, yang bergerak dari arah timur, dan juga tidak mampu menekan ambisi adik-adiknya sendiri, Kamran dan Askari, yang selalu melakukan pembangkangan terhadap kebijakan politiknya.
Wilayah kekuasaan Babur yang membentang dari Lahore dan Punjab di utara, sampai Gogra dan Blitar di timur, dan Gwalior, Chanderi dan Mewar di bagian India Tengah, jatuh pada kekuasaan Sher Shah pada tahun 1539, sementara Kabul dan Kandahar jatuh pada kekuasaan Delhi dan menetap di Umarkot (1524), kemudian memasuki Persia sebagai pengungsi.
Syah Tahmasp I (1514-1576) penguasa Safawi memberi dukungan pada Humayun. Dengan dukungan ini, ia dapat menguasai kembali Kabul dan Kandahar (1545), dan pada tahun yang sama Sher Shah meninggal dunia. Sepeninggal Sher Shah, bangsa Agfan kehilangan pemimpin yang tangguh, sehingga Delhi dapat direbut oleh Humayun tahun 1555.
Humayyun meninggal dunia setelah setahun menguasai Delhi (26 Januari 1556), dan tahta kerajaan jatuh kepada Akbar I (Abul Fath Jalaluddin Muhammad Akbar; 1542-1605). Akbar memegang tampuk kekuasaan dalam tempo yang sangat lama (1556-1603). Pada masa kekuasaannyalah Dinasti Mogul mencapai puncak kejayaannya. Seluruh wilayah yang lepas pada masa Humayun dapat direbutnya kembali. Kekuatan pasukan Hemu-menteri Hindu pada masa Sher Shah dapat dipatahkan pada pertempuran panipat II, 5 November 1556.
Akbar I yang masih muda itu dibantu oleh Bairam Khan (wakil sultan Akbar yang memerintah 936-1014 H/1556-1605 M), seorang Syiah yang setia membantu Mogul sejak Babur dan Humayun. Namun ia terlalu mementingkan sekte agamanya dalam pemerintahan Akbar sehingga ia diberhentikan dari jabatannya sebagai wakil sultan pada tahun 1561.
Akbar I meneruskan program ekspansinya ke sebelah timur dan selatan. Malwa dapat dikuasai pada tahun 1561, Chundar 1561, Kerajaan Ghomd 1564, Chitor 1568, Ranthabar 1569, Kalinjar 1569, Gujarat 1572, Surat 1573, Bihar 1574, dan Bengal 1576. kemudian ekspansi juga dilakukan kesebelah utara sehingga Kashmir dapat dikuasai pada tahun 1586, Sind di sebelah barat laut Delhi pada tahun 1590, dan Orissa di sebelah timur pada tahun 1592. kerajaan Dekkan jatuh pada tahun 1596, Gawilgarh dan Narnala dapat dikuasai pada tahun 1598, Ahmadnagar tahun 1600, dan Asitgah tahun 1601.
Kejayaannya terus berlangsung sampai masa pemerintahan tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (Naruddin Muhammad Jahangir atau Sultan Salim 1605-1627), Syah Jehan (1627-1658), dan Aurangzeb (Alamgir I; 1658-1707). Pada masa pemerintahan tiga sultan ini, orientasi politik lebih banyak difokuskan pada upaya-upaya mempertahankan keutuhan wilayah kekuasaan, pembangunan sektor ekonomi lewat pertanian serta perdagangan, dan pengembangan budaya, seni, serta arsitektur.
Selama satu setengah abad, India berada di bawah Dinasti Mogul menjadi salah satu negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian dunia dengan jaringan pemasaran barang-barangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditundukkan dan kebudayaan yang tinggi.
Setelah Aurangzeb (1707), tahta kerajaan diduduki oleh raja-raja yang lemah. Sementara itu dipertengahan abad ke-18, Inggris sudah mulai menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761, Inggris menguasai sebagian wilayah kerajaan. Pada tahun 1803 Delhi dikuasai dan penguasa Mogul dibawah pengaruh Inggis. Pada tahun 1857, penguasa Mogul mencoba membebaskan diri dari penjajahan Inggris, tetapi ia dapat dikalahkan pada tahun 1858, Bahadur II, raja Mogul yang terakhir itu diusir dari Inggris dari istananya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasi Mogul itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858M, yaitu:
Pertama, terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mogul. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan mereka sendiri. Kedua, kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara. Ketiga, pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya. Keempat, semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.

Islam di Negeri Hindustan

Riwayat Islam di Negeri Hindustan terbilang amat panjang. Ada banyak versi tentang masuknya Islam ke India. Meski begitu, datangnya ajaran Islam ke anak benua India itu bisa diklasifikasikan dalam tiga gelombang. Yakni dibawa orang Arab pada 8 M, orang Turki pada 12 M, dan abad ke-16 M oleh orang Afghanistan.
Menurut satu versi, pertama kali Islam tiba di India pada abad ke-7 M. Adalah Malik Ibnu Dinar dan 20 sahabat Rasulullah SAW yang kali pertama menyebarkan ajaran Islam di negeri itu. Saat itu, Malik dan sahabatnya menginjakkan kaki di Kodungallur, Kerala. Kedatangan Islam pun disambut penduduk wilayah itu dengan suka cita.
Konon, dari wilayah itulah Islam lalu menyebar ke seantero India. Malik lalu membangun masjid pertama di daratan India yakni di wilayah Kerala. Masjid pertama yang dibangun umat Islam itu bentuknya mirip dengan candi - tempat ibadah umat Hindu. Bangunan masjid itu diyakini dibangun pada tahun 629 M.
Ada yang meyakini, masjid di Kodungallur, Kerala itu merupakan masjid kedua di dunia yang dipakai shalat jumat, setelah masjid yang dibangun Rasulullah di Madinah. Versi lainnya menyebutkan, Islam sudah masuk ke anak benua India mulai abad pertama Hijriyah, yakni pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Selepas Umar wafat, pada 643 orang-orang Arab berhasil menaklukkan wilayah Makran di Baluchitan.
Ekspansi Islam ke wilayah India kembali dilanjutkan pada era kekuasaan Dinasti Umayyah sekitar tahun 664 M. Di bawah komando Al-Muhallab bin Abi Suffrah, umat Islam berhasil menembus wilayah Multan di Selatan Punjab - sekarang wilayah Pakistan. Ekspedisi yang dipimpin Al-Muhallab itu tak bertujuan untuk penaklukan.
Pasukan Al-Muhallab hanya mampu menjangkau ibu kota Maili lalu kembali ke Damaskus.
Kekhalifahan Umayyah pada tahun 738 M di bawah komandan perang Muhammad bin Qasim kembali melakukan ekspedisi ke wilayah India. Pasukan Muhammad bin Qasim berhasil menundukkan wilayah Sind - inilah daerah kekuasaan Umayyah yang terletak paling timur. Sejak saat itulah, orangorang Arab tinggal dan menetap di wilayah itu.
Selain itu, ada pula sejarawan yang menyebutkan Islam diseberkan pertama kali di India oleh para pedagang Arab pada abad ke-7 M. Sebab, sebelum ajaran Islam datang para pedagang Arab dan India telah lama berkongsi.
Pendapat ini diungkapkan Sejarawan Elliot dan Dowson dalam bukunya berjudul The History of India. Menurut keduanya, kapal pertama yang yang mengangkut para penjelajah dan pedagang Muslim sudah tiba di pantai India pada tahun 630.
Sedangkan HG Rawlinson dalam bukunya Ancient and Medieval History of India menyatakan bahwa orang Arab Muslim pertama menginjakkan kaki di tanah India pada akhir abad ke-7 M.
Beberapa sejarawan lainnya seperti J Sturrock dalam South Kanara and Madras Districts Manuals serta Haridas Bhattacharya dalam bukunya Cultural Heritage of India Vol IV juga bersepakat dengan kedatangan Islam, bangsa Arab menjadi sebuah kekuatan kebudayaan terkemuka di dunia. Menurut mereka ajaran Islam dibawa ke India oleh para pedagang dan saudagar Arab.
Selain masyarakat di wilayah Kerala, ada pula yang menyebutkan masyarakat India pertama kali yang memeluk Islam berada di wilayah Mappila. Hal itu dapat dimaklumi lantaran wiliayah itu berbekatan dengan Arab. Perlu beberapa abad bagi Islam untuk menyebar di seluruh wilayah India. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang India berbondong-bondong menganut ajaran Islam seperti, pernikahanan, integritas ekonomi, ingin terbebas dari struktur kasta, serta tersentuh dengan dakwah yang dilakukan para tokoh sufi.
Ajaran Islam semakin menyebar luas di wilayah India setelah terbentuknya Kesultanan Delhi di wilayah itu. Dinasti Islam pertama di India adalah Dinasti Gaznawi yang dipimpin Mahmud Gaznawi. Sejak tahun 1020, Mahmud telah menguasai beberapa wilayah di India sekaligus menundukkan dan mengislamkan raja-raja di tanah para dewa itu.
Setelah kekuasaan Dinasti Gaznawi memudar, lalu berdirilah Kesultanan Delhi - yakni beberapa Kesultanan yang berkuasa dari tahun 1206 M hingga 1526 M. Ada lima dinasti Islam yang berkuasa silih berganti di era Kesultanan Delhi.
Kelima dinasti itu adalah; Dinasti Mamluk (1206 M-1290 M); Dinasti Khilji (1290 M - 1320 M); Dinasti Tughlaq (1320 M - 1413 M); Dinasti Sayyid (1414 M - 1451 M) dan Dinasti Lodhi (1451 M - 1526 M).
Dinasti Mamluk didirikan Qutbuddin Aibak pada tahun 1206. Di awal abad ke-13 M, dinasti itu sudah menguasai wilayah utara India dari Khyber Pass hingga Bengal. Setelah Dinasti Mamluk meredup, Dinasti Khilji lalu berkuasa. Raja pertamanya adalah Jalaluddin Firuz Khilji (1290 - 1294). Pada era itu Gujarat dan Malwa dikuasai umat Islam.
Di awal abad ke-14 M kesultanan memperkenalkan ekonomi moneter di provinsi dan distrik. Saat itu telah terbentuk sebuah jaringan pusat pasar.
Perekonomian Kesultanan Delhi pun mulai menguat. Pemasukan keuangan negara saat itu masih berbasis pada pertanian. Kesultanan ini sempat porakporanda akibat ekspansi yang dilakukan Timur Lenk dari Dinasti Timurid pada tahun 1398 M.
Tak cuma itu, Kesultanan Delhi juga pernah dipimpin oleh seorang penguasa wanita bernama Ratu Razia Sultana (1236 M - 1240 M). Ratu Razia dikenal sangat cerdas. Dialah ratu pertama yang dimiliki dunia Islam. Dia memimpin dari Delhi timur hingga ke barat Peshawar dan dari Kashmir utara hingga ke selatan Multan. Para sultan Delhi dalam memimpin masyarakatnya didasarkan pada hukum-hukum yang berdasarkan Alquran. Umat beragama lain dipersilakan untuk menjalankan keyakinannya. Kesultanan Delhi mewariskan kejayaannya melalui arsitektur, musik, literatur, dan agama.

Saudi Arabia, 7 Mei 2010, 12.45

1 komentar:

  1. Naura

    Subhanallah, makasih pak. Jadi sedikit tahu soal peradaban ni.

Posting Komentar